Muktamar ke-33, Momentum untuk Kebangkitan NU Kedua

Sabtu, 01 Agustus 2015 - 00:23 WIB
Muktamar ke-33, Momentum untuk Kebangkitan NU Kedua
Muktamar ke-33, Momentum untuk Kebangkitan NU Kedua
A A A
SURABAYA - Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-33 yang digelar 1-5 Agustus di Jombang, Jawa Timur, diharapkan menjadi momentum untuk mendorong kebangkitan kedua. Kebangkitan pertama terjadi ketika NU lahir pada 1926.

“Kebangkitan kedua akan terjadi ketika NU berusia 100 tahun pada 2026, yang kondisinya berbarengan dengan kebangkitan Asia,” ujar A’wan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Mohammad Nuh, Surabaya, Jumat (31/7/2015).

Agar kebangkitan kedua NU dapat berjalan dengan baik, ada sejumlah hal yang perlu dipersiapkan organisasi Islam terbesar dunia ini. Salah satu persiapan adalah memperkuat komitmen dengan mengacu pada komitmen awal pendirian NU.

Pendirian NU diawali oleh pendirian tiga organisasi yang berkomitmen pada pemberdayaan masyarakat yakni Nahdlotul-Wathon (1916), Taswirul Afkar dan Nahdlotul Tujjar (1918).

Dari komitmen awal itu, Nuh menilai NU perlu memperkuat pemberdayaan dan pelayanan kepada masyarakat, khususnya warga Nahdliyin dalam tiga bidang utama yakni pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. “Kita harus berani melihat diri sendiri, apakah di tiga bidang itu kita sudah cukup punya produk dan kontribusi ikonik,” tuturnya.

“Jika belum, maka kita perlu bekerja keras melakukan pembenahan agar NU punya produk dan kontribusi ikonik di tiga bidang tersebut,” ucap mantan Menteri Pendidikan Nasional (kini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) itu.

Menurut Nuh, apabila pembenahan itu mampu mewadahi mobilitas masyarakat NU, maka NU akan lebih punya kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan menjadi organisasi besar dunia dengan misi rahmatan lil alamin. “Sehingga NU akan lebih bisa mewarnai wajah Islam dunia,” tuturnya.

Agar hal tersebut terwujud, setidak ada empat langkah strategi perlu dilaksanakan untuk menuju 100 tahun NU. Pertama, menaikkan leverage NU secara nasional dan Internasional.

Kedua, melestarikan dan memperkuat sistem ahlussunah wal jamaah (aswaja) untuk membangun peradaban bangsa dan umat manusia. Keempat, meningkatkan kemanfaatan terutama dalam memenuhi kebutuhan fundamental: pendidikan, kesehatan dan perekonomian.

Langkah strategis itu kemudian dibarengi dengan upaya transformasi organisasi. Pertama, melakukan mobilisasi sumber daya NU, baik sumber daya manusia dan asetnya, yang tersebar untuk masuk ke rumah besar NU.

Kedua, perlu dilakukan penguatan tata kelola, termasuk standar operasional-prosedur dan modernisasi infrastruktur. Ketiga, penguatan dan pemberdayaan majelis wakil cabang (MWC), cabang, wilayah, badan-lembaga otonom dan lajna. Terakhir, penguatan jejaring.
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4421 seconds (0.1#10.140)